Jumat, 16 November 2012

Ambiguity

The reason why I keep you just in my heart is because I am not sure if I am ready to take responsible of you.
The reason why I keep you to myself is because you are so delicate that I am afraid I will hurt you...
The reason why I keep you distance is because I am afraid that if you are too close, I am afraid that there will come the time when you want to stay away from me but I just can not let you go.
The reason why I keep an invisible wall between us is because I am afraid that when things get really hard with me, I will just drag you into misery.
The reason why I keep you standing there alone is because you seems okay on your own.

But, my selfish me has put you in the unfair place. I said it but I never or maybe haven't make it clear on what I want from you.
And you were just there standing not knowing what to do. In my eyes...you are confuse because you too, are trying to find yourself...

I need to trust you, don't I? No.... I guess I need to trust myself first. That I am strong. That despite whatever lies in the future I can be strong.

Selasa, 18 September 2012

5 PM: After office hour

Pada dasarnya aku dan kamu adalah berbeda.
Pada dasarnya semua akan terasa lebih mudah kalau kita sama. Tapi kenapa aku malah senang dengan perbedaan kita ya?
Apa karena biasanya orang-orang lebih suka sesuatu yang sama untuk mempermudah hidup mereka? Tapi bukannya setiap orang malah ingin berbeda untuk supaya bisa eksis dan diingat? Lalu kenapa juga kita bersikeras menyamakan ataupun mencari persamaan? aku lebih suka kita yang begini...
Kita yang berbeda. Aku dan kamu. 

Bicara masalah rasa, apa semua harus dibicarakan dan diungkapkan dengan kata-kata? apa harus kita selalu mengikuti apa yang selalu dilakukan oleh orang-orang itu?
Tidak bisakah kita, aku dan kamu, memilih cara sendiri untuk berkomunikasi?
Ah...tapi sepertinya kamu lebih memilih berkomunikasi seperti layaknya orang-orang itu...
Sepertinya kamu lebih memilih sesuatu yang bisa diterima oleh orang-orang itu. Menjadi sama seperti mereka dan menghindari menjadi berbeda.
Dan aku lebih memilih diam ditepian daripada berdiri di tengah-tengah dan tanpa sadar terbawa arus.
Jadi mungkin memang akan lebih mudah kalau kita yang berbeda ini tidak berjalan bersama. Mungkin...
Masalahnya...aku tidak suka jawaban "MUNGKIN" karena ia memberikan jawaban namun tidak yang hakiki.
Aku mau tahu, apa perbedaan ini berujung pada perjalanan lainnya atau pada sebuah jalan buntu lalu kita harus putar balik dan berpisah di dua belokan yang berlawanan arah.
Masalahnya, aku dan kamu berbeda. Itu masalahnya...

Sabtu, 05 Mei 2012

A Woman Is A Woman When ...

A woman is a woman when she realize how beautiful she is and she just smile at it.
A woman is a woman when she pleasurely happy if a man opens a door for her and she feels nothing weak about it.
A woman is a woman when she is confident on every decision she made and ready for a pack of risk come together within it.
A woman is a woman when she knows what she wants and with no doubt she stand up, walk or even run to get it instead of sit and wait for it to come.
A woman is a woman when she knows she can be as much as weak and strong as a man can be.
A woman is a woman when she knows she is a woman.

Senin, 16 April 2012

12.00am 17 April 2012

Entah mau diberi judul apa tulisan saya ini... saya sendiri juga tidak tahu... yang jelas, sudah beberapa hari ini saya tergelitik untuk menanyakan hal ini pada seseorang, kalau tidak kepada beberapa orang. Namun saya selalu mengurungkan niat saya itu karena ada ketakutan bahwa orang yang akan saya tanyakan pertanyaan itu nanti malah jadi bingung karena tidak mengerti maksud pertanyaan saya.... Jadi, alih-alih saya tanyakan langsung pada seseorang, saya tuangkan saja dalam tulisan ini supaya rasa sesak didada ini menjadi sedikit lebih ringan.

Pernahkah, anda, kamu, kalian merasa ingin memiliki sesuatu atau seseorang walaupun sudah diketahui "ketidaksempurnaan"-nya?  masih tetap merasa ketertarikan terhadap sesuatu atau seseorang walaupun tahu perjuangannya susah dan sebenarnya bisa dapetin hal lain dengan usaha yang cuma setengah, tapi maunya tetap itu, sesuatu atau seseorang, yang perjuangannya mesti sepenuh hati sepenuh tenaga?

Saya pernah. Dan ini baru sekali ini saya merasakannya. Saat ini. 

Tidak usah diperjelas apakah itu sesuatu atau seseorang. Biarkan saja berada di daerah abu-abu. Yang jelas, entah kenapa ketika saya semakin mengikhlaskannya, saya makin merasa ketertarikan terhadap itu atau dia. Semakin saya tahu "ketidaksempurnaan"nya saya malah semakin jatuh, hanyut. Hampir mabuk mungkin. Kalau saja ada kata-kata yang bisa saya gunakan untuk memperhalus maknanya sehingga saya tidak terkesan berlebihan.

Kalau ada yang pernah merasakannya... Pernahkah anda, kamu, kalian mencoba untuk mengontrolnya? Atau mungkin saya ganti saja pertanyaannya... Perlukah ini dikontrol?
Agak takut sebenarnya...
takut ternyata ada satu sisi dari diri saya yang ternyata ada tapi belum pernah saya temui sebelumnya....
takut ternyata satu sisi itu malah tidak saya sukai...
atau malah saya takut ternyata satu sisi itu tidak saya sukai...
atau, takut karena sisi itu ternyata bisa membuat dunia saya terbalik 180 derajat...

Jadi... adakah yang pernah merasakan hal seperti yang saya gambarkan diatas, terhadap sesuatu ataupun seseorang?